Batik Bakaran

Khoirul Hudah

Batik merupakan produk budaya asli dari Indonesia yaitu seni menggambar di atas kain. Teknik tersebut memberi warna pada permukaan kain yang tidak dilapisi wax atau lilin. Pisau yang disebut canting. membantu menutupi permukaan kain. Cara pencelupan pencelupan satu sampai tiga kali atau lebih kemudian  proses nglorode untuk menghilangkan lilin. Hasil akhirnya terlihat seperti rangkaian ornamen yang indah dan menawan.

Pada awalnya batik hanya terbatas pada keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja, keluarganya dan abdi dalem. Lambat laun, produksi batik berkembang di luar keraton dan ditiru oleh masyarakat, yang kemudian berkembang menjadi pekerjaan santai bagi perempuan. 

Perkembangan batik dapat ditemukan di banyak tempat di seluruh Indonesia. Masing-masing memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, baik dari segi warna maupun ragam hiasnya. Perbedaan kondisi lingkungan dan lokasi geografis meningkatkan keserbagunaan.

Misalnya, Kabupaten Pati memiliki anjungan batik yang masih terus dikembangkan dan dipraktikkan. Sentra Batik Pati terletak di Desa Bakaran, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Desa Bakaran merupakan kawasan pesisir yang pernah menjadi pusat perdagangan terbukti dengan adanya Pelabuhan Juwana. 

Pelabuhan Juwana merupakan tempat tambat kapal dan tempat usaha dagang (termasuk perdagangan batik). Batik Bakaran memang tidak sepopuler para pembatik daerah pesisir lainnya seperti: Madura, Lasem, Rembang, Kudus, Pekalongan, Cirebon, Indramayu, dan lainnya, tetapi Batik Bakaran tulis atau biasa disebut Batik Bakaran tetap terjaga hingga saat ini.

Batik Bakaran adalah batik tradisional dengan hiasan visual  yang sederhana, termasuk pewarnaan hanya dengan  warna hitam (gelap). Corak dan warna Batik Bakaran kini berkembang menyerupai batik pesisir lainnya. Misalnya, dalam  proses pewarnaan, Anda kini sudah berani memberikan warna-warna cerah, kuat, dan penuh warna.

Sejarah Batik Bakaran

Keberadaan Batik Bakaran tidak lepas dari keberadaan punden  di desa Bakaran Wetan yaitu Punden Nyai Ageng. Secara tidak langsung, Nyi Ageng membawa kehidupan, adat termasuk agama dan seni ke Desa Bakaran Majapahit. Belakangan, segala sesuatu yang menjadi ajaran Nyi Ageng dan 

Kehidupan sehari-hari menjadi kepercayaan masyarakat Bakaran. Legenda Nyi Danowati banyak berhubungan dengan  mitos yang berkembang antara desa Bakaran dengan masyarakatnya. Mitos-mitos ini diyakini kemudian  dan ditetapkan sebagai  tradisi yang masih berlanjut hingga saat ini, meskipun beberapa tradisi telah berubah seiring berjalannya waktu. Batik Bakaran kini tumbuh dan berkembang diantara kuatnya tradisi daerah bahkan telah diakui oleh pemerintah daerah Pat. 

Tampilnya batik Bakara di antara batik pesisir dan batik mapan lainnya dapat memperkaya kehidupan batik Indonesia. Warna Batik Bakaran Tradisional selalu terlihat dengan warna soga di sekelilingnya biru dan  biru selalu diselingi putih. Teknik pewarnaan tingkat ini berlaku untuk semua tradisi Batik Bakaran, meskipun kemudian Batik Bakaran mendapat pengaruh dari luar ketika daerah tersebut membuka teknologi, terutama  teknik pewarnaan.

Bahwa beberapa pantangan mandelic yang diyakini ada di Bakaran dan masih eksis sampai sekarang akhirnya bisa dilewati dengan bahan sintetis. Misalnya, larangan  mencampur pasta berwarna dengan potongan daging ayam untuk pewarna mede (biru) bisa diganti dengan naftol.

Ciri Khas Batik Bakaran

Batik Bakaran memiliki motif dan corak yang kuat, baik corak, motif maupun ragam hiasnya memiliki kandungan estetika yang menarik untuk dijelajahi. Misalnya motif gandrung merupakan aspek yang memiliki dua unsur utama yaitu: bentuk yang terdapat pada kain Batik Bakaran berupa jarik, sarung dan selendang. Struktur terkandung dalam susunan pola, motif dan ragam hias, dimulai dengan susunan garis, silang, titik, segitiga, bunga, batang dan daun. 

Bobot atau isi meliputi suasana (mood) yang mencirikan kedaerahannya, dari ide-ide yang terkandung dalam motif gandrung dimaknai sebagai suasana keromantisan/romansa. Dalam Batik Bakaran terdapat unsur-unsur yang mempengaruhi penampilan bentuk kain batik secara keseluruhan yaitu bakat, keterampilan dan alat/media. Termasuk atasan batik sremeka (bledak)  yang sengaja dibuat untuk memberikan ciri khas tersendiri pada Batik Bakaran.

Ragam Hias dan Pola Batik Bakaran

Batik Bakaran  berupa gambar ragam hias yang terdiri dari pola, motif dan ornamen. Dalam seni, bentuk  paling sederhana adalah titik. Kumpulan titik-titik di jalan membentuk garis lurus, dan beberapa garis bersama-sama dapat membentuk bidang, dan beberapa bidang bersama-sama dapat membentuk ruang. 

Dalam batik, ornamen adalah unsur atau bagian  motif. Hiasan ini dibentuk dengan susunan titik dan garis sehingga menyisakan ruang. Rangkaian hiasan ini menjadi motif yang kemudian membentuk pola. 

Struktur atau susunan adalah cara unsur-unsur dasar membentuk suatu bentuk. Sebagian besar pola Batik Bakaran memiliki struktur geometris dan tema utamanya adalah susunan garis yang  membentuk bidang sejajar, silang, diagonal, elips, persegi, dan acak. Motifnya terdiri dari susunan dekoratif, yang dapat diberi gaya bunga, batang, daun dan akar atau  garis dan titik.

Batik Bakaran sangat berarti bagi masyarakat, baik itu mendukung pakaian adat maupun keuntungan ekonomi. Banyak motif batik klasik yang memiliki makna dan pesan baik secara pribadi maupun di masyarakat. Itulah sedikit penjelasan mengenai Batik Bakaran, semoga memberikan pengetahuan baru untuk kalian. Thanks…

Artikel Lainnya

Bagikan:

Khoirul Hudah

Seorang profesional dengan keahlian di bidang Hubungan Masyarakat, Penulisan Konten, Komunikasi Pemasaran, dan Spesialis Media Sosial.

Leave a Comment