Asal-Usul Batik Cipratan Langitan Karya Penyadang Disabilitas

Khoirul Hudah

Batik diakui sebagai Situs Warisan Dunia yang berasal dari Indonesia. Seiring berjalannya waktu, banyak pengrajin batik yang berinovasi. Salah satunya adalah batik ciprat. Batik ini unik, apalagi dibuat oleh penyandang disabilitas.

Batik dibuat secara turun temurun sejak zaman dahulu hingga sekarang. Ada lebih dari tiga ribu desain batik klasik atau tradisional di Indonesia. Tentunya disesuaikan dengan kondisi dan kemungkinan daerah masing-masing.Ada berbagai jenis batik di Pulau Jawa. 

Seperti batik Pekalongan dengan gaya maritimnya yang masih banyak dipengaruhi oleh gaya Cina dan Arab. Selanjutnya, batik Solo merupakan gaya interior dengan tone natural.

Belakangan batik Cirebon coraknya hampir sama dengan batik Pekalongan tetapi dengan variasi warna yang berbeda. Tidak lupa dengan batik celup Jogja, batik celup Semarang, batik celup Lasem, batik celup Madura, batik celup Baduy, dan lain sebagainya.

Asal-Usul Batik Ciprat Langitan

Dari kekayaan batik Indonesia, jenis batik ini berbeda dan unik. Namanya batik Ciprat, seperti namanya batik Ciprat dibuat dengan menyemprotkan larutan malam (bahan untuk menggambar kain batik).

Malam ditaburkan dengan tangan, sendok dan kuas atau tongkat. Oleh karena itu dalam pembuatannya dilakukan dengan menggunakan teknik jumputan dan teknik colek atau kuas.

Disebut dengan batik Ciprat karena motif batik ini menyerupai cipratan yang dihasilkan oleh kuas. Warga Kabupaten Magetan bangga karena batik Ciprat merupakan karya para penyandang disabilitas yang tinggal di Desa Simbatan, Kecamatan Nguntoronadi. Batik ini tersedia dalam berbagai warna dan corak, namun tetap memiliki ciri khas “tanda kuas”.

Maryani adalah tokoh dibalik batik Ciprat, seragam wajib ASN di Kabupaten Magetan. Guru SLB Kecamatan Kawedanan tak pernah lalai mengajak dan meminta izin orang tua anak berkebutuhan khusus. Maryani melatih 21 anak difabel membuat Batik Ciprat di Desa Simbatan. 

Upaya yang digelutinya sejak 2015 kini membuahkan hasil dan mendapat dukungan dari berbagai kalangan. Batik buatan Maryani dan anak angkatnya itu bernama batik Ciprat Langitan.

Maryani berharap masyarakat tidak memandang rendah anak difabel karena mereka juga memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja dan berinteraksi dengan masyarakat.

Perkembangan Batik Ciprat Langitan

Batik Ciprat Langitan memiliki beberapa tema antara lain Tema Meteorite, Gepyok, Jumput, Rainbow Cake, Lurik dan Splash. Batik Cipratan langitan yang diperuntukkan bagi penyandang disabilitas Simbatan ini biasanya dijual dengan harga lebih murah dari batik biasa, dengan harga per lembar hanya Rp 150.000 per lembar.

Batik mewah tapi relatif murah ini dikenal di seluruh dunia. Anak laki-laki apakah mereka bahkan mewakili Indonesia di pertunjukan Thailand. Tema sederhana ini diapresiasi.

Kini angka produksinya meroket karena banyak pesanan yang datang tidak hanya dari dalam negeri tapi juga dari luar negeri

Kegiatan membatik bagi penyandang disabilitas merupakan kegiatan yang membangkitkan semangat untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat. Karena berkat kegiatan membatik oleh penyandang disabilitas akhirnya memiliki keterampilan yang bisa menjadi jembatan untuk beradaptasi dengan masyarakat.

Semoga dengan penjelasan ini dapat memberikan manfaat dan menjadi salah satu support untuk mengenalkan batik Ciprat hasil karya sahabat difabel kita di Magetan. Terus support dengan apa yang kita bisa!

Jika Anda ingin memiliki pakaian motif batik? Yuk, kunjungi katalog Prabuseno dan miliki koleksi batik terbarunya!

Artikel Lainnya

Bagikan:

Khoirul Hudah

Seorang profesional dengan keahlian di bidang Hubungan Masyarakat, Penulisan Konten, Komunikasi Pemasaran, dan Spesialis Media Sosial.

Leave a Comment