Sejarah Batik Garutan, Corak dan Teknik Pembuatannya

Khoirul Hudah

Sejarah Batik Garutan bermula pada era penjajahan Belanda di Indonesia, ketika diadakan program peningkatan keterampilan kerajinan tangan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Salah satu daerah yang dipilih untuk program ini adalah Desa Garutan, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Pada awalnya, para pengrajin batik di Desa Garutan hanya membuat batik dengan corak yang sederhana dan warna-warna yang gelap.

Namun, pada tahun 1920-an, seorang pengrajin batik bernama Mas Bokiran mulai menciptakan corak batik yang berbeda dan unik dengan menggunakan warna-warna cerah dan corak yang sederhana namun elegan.

Ia mengambil inspirasi dari alam sekitar Desa Garutan, seperti bunga, daun, dan burung, dan memberikan sentuhan kreatifnya pada corak tersebut.

Mas Bokiran kemudian mengajarkan teknik membuat batik kepada anak-anak dan cucunya, sehingga tradisi membuat batik di Desa Garutan terus berkembang dan menjadi salah satu kegiatan utama warga desa.

Dalam perkembangannya, Batik Garutan semakin dikenal dan diminati oleh masyarakat, terutama setelah berhasil meraih penghargaan di ajang Pekan Batik Nasional pada tahun 1978.

Hingga kini, Batik Garutan masih terus dikembangkan dan dijaga keasliannya oleh para pengrajin batik di Desa Garutan. Mereka menggunakan teknik tradisional dalam pembuatan batik, seperti menggunakan malam sebagai bahan untuk mencegah pewarna menyebar, serta menggunakan canting sebagai alat untuk menggambar motif pada kain.

Meskipun demikian, para pengrajin batik juga terus melakukan inovasi pada corak dan warna Batik Garutan agar tetap menarik dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Corak-Corak Batik Garutan

Corak Batik Garutan memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dari batik lainnya. Coraknya biasanya berupa gambar sederhana seperti bunga, daun, atau burung yang diberi warna cerah seperti merah, kuning, hijau, dan biru. Batik Garutan juga seringkali memiliki warna dasar yang cerah seperti putih, kuning, atau hijau.

Corak Batik Garutan terinspirasi dari alam sekitar Desa Garutan, seperti tumbuhan dan binatang yang terdapat di sekitarnya. Para pengrajin batik sering menggunakan gambar bunga dan daun yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar desa.

Selain itu, mereka juga mengambil inspirasi dari gambar burung, kupu-kupu, dan hewan lainnya yang sering dilihat di Desa Garutan.

Corak Batik Garutan ditandai dengan penggunaan warna-warna cerah yang menarik perhatian. Warna yang umum digunakan antara lain merah, kuning, hijau, dan biru. Para pengrajin batik memadukan warna-warna tersebut secara harmonis sehingga menghasilkan corak batik yang indah dan elegan.

Meskipun corak Batik Garutan terlihat sederhana, namun dibalik itu terdapat filosofi yang mendalam. Beberapa corak Batik Garutan memiliki makna tertentu yang menggambarkan kehidupan dan kepercayaan masyarakat Desa Garutan.

Sebagai contoh, corak batik dengan gambar burung yang sedang bersarang memiliki makna kehidupan yang rukun dan damai.

Dalam perkembangannya, corak Batik Garutan terus mengalami inovasi dan perkembangan. Para pengrajin batik menciptakan corak baru dengan menggabungkan berbagai motif dan warna sehingga menghasilkan corak yang semakin menarik dan indah.

Teknik Pembuatan Batik Garutan

Teknik pembuatan Batik Garutan mengikuti prinsip dasar pembuatan batik tradisional Indonesia yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu mempersiapkan kain, menyiapkan malam, menggambar motif dengan canting, dan mewarnai kain.

1. Persiapan Kain

Kain yang digunakan untuk membuat Batik Garutan biasanya berupa kain katun. Kain tersebut dipotong sesuai ukuran yang diinginkan dan kemudian dicuci untuk menghilangkan kotoran atau sisa-sisa zat yang mungkin menempel pada kain.

Setelah kain dicuci, kain kemudian direndam dalam air garam dan dicuci lagi hingga bersih. Tujuannya agar pewarna dapat menempel pada kain dengan baik dan menghasilkan warna yang lebih tahan lama.

2. Menyiapkan Malam

Malam merupakan bahan utama dalam pembuatan batik. Malam biasanya terbuat dari lilin yang dicampur dengan resin atau minyak kelapa. Malam ini nantinya akan digunakan untuk menggambar motif pada kain dan mencegah warna pewarna menyebar keluar dari motif.

3. Menggambar Motif dengan Canting

Canting adalah alat yang digunakan untuk menggambar motif pada kain. Canting terbuat dari logam dan memiliki lubang-lubang kecil yang memungkinkan malam keluar dalam jumlah tertentu saat digunakan untuk menggambar motif.

Pengrajin batik kemudian menggambar motif pada kain dengan canting, sesuai dengan desain atau motif yang telah dipersiapkan. Setelah gambar selesai digambar, kain kemudian dikeringkan sejenak agar malamnya mengering dan tidak menempel pada permukaan kain.

4. Mewarnai Kain

Setelah malam kering, kain kemudian diwarnai dengan pewarna yang telah dipersiapkan. Pewarna tersebut biasanya terbuat dari bahan alami seperti daun, kulit kayu, atau akar. Kain dicelupkan ke dalam pewarna dan direndam selama beberapa saat hingga warna meresap ke dalam serat kain.

Setelah pewarnaan selesai, kain kemudian dicuci lagi untuk menghilangkan malam dan sisa-sisa pewarna yang masih menempel pada kain. Kain kemudian dikeringkan dan siap untuk digunakan atau dijual.

Itulah beberapa tahapan dalam pembuatan Batik Garutan yang masih mengikuti teknik tradisional pembuatan batik Indonesia. Meskipun demikian, para pengrajin batik juga terus melakukan inovasi dan pengembangan pada teknik pembuatan dan warna pewarna untuk menghasilkan Batik Garutan yang semakin menarik dan berkualitas.

Jika Anda ingin memiliki pakaian motif batik? Yuk, kunjungi katalog Prabuseno dan miliki koleksi batik terbarunya!

Artikel Lainnya

Bagikan:

Khoirul Hudah

Seorang profesional dengan keahlian di bidang Hubungan Masyarakat, Penulisan Konten, Komunikasi Pemasaran, dan Spesialis Media Sosial.

Leave a Comment