Batik Shibori

Khoirul Hudah

Istilah Shibori sudah tidak asing lagi bagi para penggiat seni dan tekstil. Berasal dari Jepang, kata Shibori berasal dari kata kerja “Shiboru”, yang berarti teknik pewarnaan kain yang melibatkan penggabungan dan pewarnaan. Pola yang dihasilkan seringkali sedikit berbeda dengan batik (meski dalam pelaksanaannya lebih sederhana dan mudah). Tak heran kain jenis ini sering disebut “batik” di Jepang. Teknik Shibori ini konon sudah digunakan oleh Kekaisaran Jepang pada tahun beberapa ratus tahun yang lalu.

Bahkan beberapa pewarna alami bisa bertahan 600 tahun. Konsep pelaksanaannya juga mirip dengan teknik membatik, yaitu berdasarkan teknik membatik. Teknik ini digunakan untuk “melindungi” kain tertentu dari efek desain pewarna, yang pada akhirnya menghasilkan desain yang cocok dengan bagian yang diwarnai dan “dilindungi”.Teknik “pelindung” kain Shibori dibuat menggunakan teknik seperti melipat, memuntir, mengikat kain dan mencelupkannya ke dalam pewarna indigo.

Singkatnya, jika di Indonesia teknik membatik dikenal dengan Jumputan (Jawa), Sasirangan (Banjarmasin), Pelangi (Palembang), di Jepang ada Shibori yang mencakup enam teknik celup untuk menciptakan pola yang berbeda.

Perkembangan Batik Shibori

Seperti halnya batik di Indonesia, batik Shibori merupakan teknik pakaian tradisional yang kaya akan nilai budaya. Ada beberapa tema batik Shibori yang terkenal dan banyak digunakan. Ini termasuk teknik Kanoko, yaitu pola melingkar, Itajime, yaitu pola seperti papan catur, dan Kumo, yaitu pola seperti jaring laba-laba.

Tren batik Shibori baru-baru ini muncul di seluruh dunia. Berawal dari tren teknik membatik batik Yogyakarta di masa pandemi, tren pakaian bermotif Shibori pun bermunculan. Dion Lee, merek mewah Australia, meluncurkan koleksi musim gugur bertema Shibori pada Agustus 2020. Pakaian Shibori juga semakin umum di Indonesia, baik sebagai pakaian santai maupun pakaian pesta. Hal ini juga terlihat pada contoh dua merek Indonesia, Waiki Textile dan Muda Mudi the Label. 

Melalui mereka, batik Shibori berubah menjadi pakaian semi formal yang casual atau elegan. Pemilik label Waiki Textile Ningsih Wulan dan Muda Mudi Maudy Khusnia menjelaskan bahwa Shibori ada kaitannya dengan batik jumputan. 

Batik Shibori Asli dan Printing

Sama halnya dengan batik pada umumnya, untuk meningkatnya minat terhadap shibori juga menyebabkan munculnya kain-kain bermotif shibori dengan teknik printing. Untuk mengetahui apakah batik Shibori yang mereka beli asli atau buatan tangan, pembeli dapat melihat perbedaan warna di bagian luar dan dalam pakaian. 

Batik shibori asli, bagian dalam garmen memiliki warna yang pudar, sedangkan batik  Shibori, warnanya biasanya sama dan tembus di bagian dalam. Perbedaan antara model dan juga terlihat pada variasi modelnya.Teknik pewarnaan alami membuat warna kain Shibori progresif dan tidak monoton.

Jenis dan Motif Batik Shibori

jika kain yang digunakan terbuat dari serat alami seperti katun atau linen. Jenis kain ini dianggap paling cocok disandingkan dengan pewarna alami yang digunakan dalam pembuatan Shibori.

Berbagai macam pewarna alam, misalnya daun nila dibuat pasta melalui proses fermentasi. Ada juga yang terbuat dari papan serat berwarna coklat, misalnya dari kulit kayu mahoni dan akasia.

Selain itu, ada kulit buahnya yang dihasilkan saat dimasak. Bahkan pewarnaan dilakukan dengan tangan. Pola batik Shibori berkisar dari garis-garis atau nuansa hingga pola batik Indonesia seperti kawung.

Artikel Lainnya

Bagikan:

Khoirul Hudah

Seorang profesional dengan keahlian di bidang Hubungan Masyarakat, Penulisan Konten, Komunikasi Pemasaran, dan Spesialis Media Sosial.

Leave a Comment