Batik Wayang

Khoirul Hudah

Banner

Menghargai sepotong kain batik membutuhkan perasaan cinta, bukan hanya kesenangan. Melihat gambar pada batik saja sudah memberikan energi yang luar biasa, seolah-olah segala penat telah sirna berkat keindahan dan keharuman sepotong kain batik.

Batik adalah kerajinan bernilai seni tinggi yang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa). Sehingga generasi muda saat ini harus melestarikan dan mengembangkannya, agar kekayaan budaya Indonesia selalu terlihat dan dilihat oleh negara lain. Dalam beberapa dokumen, perkembangan batik terutama terjadi di kerajaan Mataram, diikuti oleh kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Beberapa batik dapat menunjukkan status seseorang. Ada banyak jenis dan desain batik tradisional, namun corak dan variasinya mengikuti filosofi dan budaya masing-masing daerah yang sangat bervariasi. Menurut sejarah, perempuan Jawa mempelajari keterampilan membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pekerjaan membatik secara historis hanya merupakan pekerjaan perempuan.

Bosan dengan motif batik klasik seperti parang, kawaung, sidomukti, gunakan atik wayang ini. Pola batik wayang dikembangkan oleh batik eksotis baru dan berbagai pengrajin batik di Yogyakarta. Tema wayang ini tidak hanya unik, tetapi juga memiliki citra seni yang tinggi. Lihat lebih dekat. Bentuk wayang pada kain batik tidak seperti karakter di dunia wayang.

Makna dan Arti Batik Wayang

Di Indonesia, bahkan di dunia internasional, batik mendapat tempat di hati masyarakat. Sejarah batik adalah budaya yang berasal dari keajaiban Jawa kuno dan masih tumbuh subur di wilayah ini hingga saat ini. Salah satu jenis batik yang populer di kalangan masyarakat Jawa adalah batik wayang.

Batik ini merupakan partitur modifikasi yang terinspirasi dari boneka Yogyakarta, yang juga membedakan batik ini dari coraknya adalah warnanya, yang merupakan kombinasi antara coklat dengan tan, coklat tua dan coklat tanah, merah dan coklat, kuning dab coklat, serta hijau pudar.

Wayang berarti “bayangan” dalam bahasa Jawa. Secara filosofis, “wayang” dapat diartikan sebagai bayangan atau kualitas yang ada dalam jiwa manusia.

Banner

Pola batik wayang  yang dihasilkan oleh beberapa desainer batik biasanya masih bersifat “mentah”, tidak secanggih wayang kulit purwa yang sudah populer di masyarakat. Dalam hal ini, pola wayang lebih ditekankan pada ukuran besar atau kecil, yang mendominasi pola batik lainnya. Namun, pola yang ditampilkan kurang inovatif, sehingga diperlukan lebih banyak usaha untuk mendesain pola wayang batik.

Setidaknya ada dua model corak wayang batik yang ditawarkan kepada masyarakat, yakni corak batik cerita Dewaruci dan corak batik wayang cerita Ciptaning. Penggambaran Batik Wayang Dewaruci menangkap adegan-adegan yang membentuk jantung karya, yaitu adegan Bima belajar Durna dengan penggembala; Adegan Bima diinterupsi oleh Anoman; adegan pertempuran antara Bima dan Rukmuka dan Rukmakala; Adegan Bima dicegah oleh Kuthi dan empat Pandawa lainnya; Adegan pertempuran antara Bima dan naga Nemburnawa; dan adegan dimana Bima bertemu Dewaruci.

Desain batik Wayang Ciptaning dipilih untuk enam adegan antara lain: adegan di mana Ciptaning berurusan dengan godaan peri; Ciptaning bertemu dengan adegan Resi Padya; adegan perkelahian antara Ciptaning dan Mamangmurka yang berubah menjadi babi hutan; adegan adu panah Ciptaning melawan Keratarupa; adegan penciptaan menerima panah Pasupati dari Batar Guru; dan adegan pertempuran antara Ciptaning dan Niwatakawaca.

Jika kita berbicara tentang masalah teknik membatik atau wax-fastness di nusantara, maka jelas ada produsen batik yang tersebar di pelosok daerah. Mengidentifikasi dan menginventarisasi keberadaan pengrajin pembuat batik menjadi prioritas utama bagi keberlangsungan industri batik. 

Identifikasi dan inventarisasi dibagi menjadi dua kategori, yaitu pembuat batik usia kerja dan pembuat batik senior. Data ini digunakan untuk mengetahui jumlah produsen batik dan dimana mereka tinggal, serta rata-rata tingkat ekonomi yang dihasilkan oleh usaha batik tersebut. 

Mempelajari lingkungan dan budaya di mana produsen batik berada merupakan poin penting untuk dipertimbangkan. karena bisnis batik adalah bisnis paruh waktu dalam bisnis inti mereka, bercocok tanam. Sehingga desain figur batik wayang akan sesuai dengan situasi dan kondisi kondisi lingkungan pembatikan agar durasi proses membatik dan teknik pewarnaan tidak membebani mereka.

Artikel Lainnya

Bagikan:

Khoirul Hudah

Seorang profesional dengan keahlian di bidang Hubungan Masyarakat, Penulisan Konten, Komunikasi Pemasaran, dan Spesialis Media Sosial.

Leave a Comment