Sejarah Batik Tegalwangi yang Dilestarikan Oleh Adik RA Kartini

Pangesti PNG

Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya dan seni tradisional yang memukau. Salah satu warisan budaya yang paling mencolok dan diakui secara global adalah seni Batik.

Batik merupakan seni pewarnaan kain menggunakan teknik lilin sebagai resisten. Dalam ranah batik, Batik Tegal menjadi salah satu jenis batik yang khas dan memiliki sejarah panjang di Indonesia.

Salah satu batik Tegal yang khas adalah batik Tegalwangi merupakan warisan dari jaman Mataram. Yang diwariskan secara turun menurun, lalu dikembangkan dan dilestarikan oleh adik RA Kartini. Nah, berikut ini adalah artikel lengkap sejarah Batik Tegalwangi.

Sejarah Batik Tulis Tegalwangi

Pada saat Kerajaan Mataram masih dipimpin raja Amangkurat I, keraton membuat batik berwarna kecokelatan atau warna natural lainnya seperti hitam.

Pada tahun 1908 RA Kardinah adik kandung RA Kartini pindah ke Tegal mengikuti suaminya Reksonegoro. Pada saat itu RA Kardinah mengajari anak-anak perempuan di pendopo membatik.

RA Kardinah memberi dampak siginifikan pada motif dan warna batik Tegalwangi, seperti munculnya warna-warna baru seperti warna merah dan biru. Bahkan terdapat motif baru seperti corak daun teh, batu pecah, cempaka putih, dan lainnya.

Awalnya batik Tegalwangi hanya digunakan untuk kepentingan pribadi atau orang-orang keraton saja, tapi dengan perkembangan jaman, batik Tegalwangi menjadi komoditas.

Bahkan RA Kardinah membuat sekolah membatik di Tegal. Batik tulis pun berkembang cepat tidak hanya di Tegal saja tapi, di daerah lain seperti Lasem, Bengle dan Dukuhsalam.

Dalam era modern yang terus berkembang, pelestarian seni tradisional seperti Batik Tegalwangi menjadi sangat penting. Selain sebagai warisan budaya yang harus dijaga. Batik Tegalwangi juga memiliki potensi ekonomi yang besar sebagai produk kreatif dan unik yang diminati baik di dalam maupun luar negeri.

Cara Pembuatan Batik Tegalawangi

Batik Tegalwangi dikenal dengan pola dan motifnya yang khas, seringkali menampilkan desain geometris, motif bunga, dan pola yang berulang.

Proses pembuatan Batik Tegal melibatkan pengaplikasian lilin panas pada kain menggunakan alat yang disebut “canting” (wadah tembaga kecil yang memiliki mulut cetakan dan pegangan kayu).

Setelah lilin diaplikasikan, kain dicelup menggunakan pewarna alami atau sintetis. Lilin kemudian dihilangkan dengan cara direbus atau dipetik dari kain, sehingga mengungkapkan pola warna di bawahnya.

Proses ini dapat diulang beberapa kali, dengan warna-warna yang berbeda dan lapisan lilin yang menciptakan desain yang kompleks dan indah.

Batik Tegalwangi, bersama dengan jenis batik Indonesia lainnya, telah mendapatkan pengakuan internasional dan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.

Pengakuan ini membantu dalam melestarikan dan mempromosikan seni tradisional ini baik di dalam negeri maupun secara global.

Nah, bagi Anda yang ingin memiliki pakaian motif batik? Yuk, kunjungi katalog Prabuseno dan miliki koleksi batik terbarunya!

Artikel Lainnya

Bagikan:

Pangesti PNG

Seorang Copywriter, Graphic Designer dan Brand Consulting.

Leave a Comment